Menulis di "Udara" dengan Cahaya Melayang
Pernah melihat tulisan asap yang dibentuk manuver pesawat? Atau gumpalan gelembung udara yang dapat dibentuk logo dan sosok tertentu?
Semuanya sudah dapat dilakukan dan mungkin layak disebut menulis di udara. Namun, apa yang dilakukan para peneliti di Institut Teknologi Technion dan Institut Sains Weizmann, Israel jauh lebih rumit.
Jika asap pesawat atau gelembung udara hanya dapat menampilkan tulisan atau bentuk ukuran besar, "tulisan" pada benda gas kali ini berukuran jauh lebih kecil. Mereka berhasil menampilkan angka dua setinggi kurang dari 5 centimeter yang mengambang di ruang berisi uap rubidium bersuhu 52 derajat Celcius.
Bentuk angka dua jelas terlihat dengan resolusi tinggi. Angka dua menyala merah karena memang berasal dari atom-atom gas rubidium yang menyerap pulsa cahaya yang ditembakkan. Jika teknologi ini bisa dipakai pada awan di udara, logo Batman mungkin tidak hanya khayalan dan benar-benar dapat ditampilkan di udara jika warga Gotham City membutuhkan bantuan.
Namun, kondisi cahaya yang melayang di udara tersebut hanya bertahan sesaat sekitar 2 mikrodetik dan langsung kabur. Hal tersebut terjadi karena pulsa-pulsa cahaya yang ditebakkan terus-menerus membuat atom gas yang bereaksi melebur ke sekitarnya.
Pulsa cahaya pertama akan diserap atom gas yang menjadi target dan mengaktifkannya. Namun, pulsa kedua yang menumbuk atom gas yang sama menyebabkan kondisi kuantum sehingga pulsa pertama menyebar ke atom di sekitarnya. Fenomena ini disebut electromagnetically induced transparency.
Untuk memperpanjang waktunya, tim peneliti memanfaatkan metode yang meminimalkan pengaruh difusi pada atom gas rubidium. Dengan menahan pulsa cahaya kedua, atom yang bereaksi bertahan lebih lama hingga 30 mikrodetik. Masih terlalu cepat memang.
"Teknik menyimpan cahaya mungkin dapat diaplikasikan dalam perangkat-perangkat masa depan yang menyimpan informasi kuantum," ujar Mushe Shuker, dari Technion. Perubahan informasi optis menjadi ikatan atom seperti ini sangat berguna dalam pemrosesan gambar maupun dalam teknologi komunikasi. Para ilmuwan yakin teknologi seperti suatu saat juga dapat dipakai untuk menyimpan gambar berwarna-warni atau data video.
Foton sebagai pulsa cahaya merupakan alat pengirim informasi. Sementara ikatan atom gas merupakan media penyimpan yang baik. Kombinasi keduanya merupakan impian teknologi masa depan.
Pernah melihat tulisan asap yang dibentuk manuver pesawat? Atau gumpalan gelembung udara yang dapat dibentuk logo dan sosok tertentu?
Semuanya sudah dapat dilakukan dan mungkin layak disebut menulis di udara. Namun, apa yang dilakukan para peneliti di Institut Teknologi Technion dan Institut Sains Weizmann, Israel jauh lebih rumit.
Jika asap pesawat atau gelembung udara hanya dapat menampilkan tulisan atau bentuk ukuran besar, "tulisan" pada benda gas kali ini berukuran jauh lebih kecil. Mereka berhasil menampilkan angka dua setinggi kurang dari 5 centimeter yang mengambang di ruang berisi uap rubidium bersuhu 52 derajat Celcius.
Bentuk angka dua jelas terlihat dengan resolusi tinggi. Angka dua menyala merah karena memang berasal dari atom-atom gas rubidium yang menyerap pulsa cahaya yang ditembakkan. Jika teknologi ini bisa dipakai pada awan di udara, logo Batman mungkin tidak hanya khayalan dan benar-benar dapat ditampilkan di udara jika warga Gotham City membutuhkan bantuan.
Namun, kondisi cahaya yang melayang di udara tersebut hanya bertahan sesaat sekitar 2 mikrodetik dan langsung kabur. Hal tersebut terjadi karena pulsa-pulsa cahaya yang ditebakkan terus-menerus membuat atom gas yang bereaksi melebur ke sekitarnya.
Pulsa cahaya pertama akan diserap atom gas yang menjadi target dan mengaktifkannya. Namun, pulsa kedua yang menumbuk atom gas yang sama menyebabkan kondisi kuantum sehingga pulsa pertama menyebar ke atom di sekitarnya. Fenomena ini disebut electromagnetically induced transparency.
Untuk memperpanjang waktunya, tim peneliti memanfaatkan metode yang meminimalkan pengaruh difusi pada atom gas rubidium. Dengan menahan pulsa cahaya kedua, atom yang bereaksi bertahan lebih lama hingga 30 mikrodetik. Masih terlalu cepat memang.
"Teknik menyimpan cahaya mungkin dapat diaplikasikan dalam perangkat-perangkat masa depan yang menyimpan informasi kuantum," ujar Mushe Shuker, dari Technion. Perubahan informasi optis menjadi ikatan atom seperti ini sangat berguna dalam pemrosesan gambar maupun dalam teknologi komunikasi. Para ilmuwan yakin teknologi seperti suatu saat juga dapat dipakai untuk menyimpan gambar berwarna-warni atau data video.
Foton sebagai pulsa cahaya merupakan alat pengirim informasi. Sementara ikatan atom gas merupakan media penyimpan yang baik. Kombinasi keduanya merupakan impian teknologi masa depan.